this is our journey..

Daisypath Anniversary tickers
keluarga dzikrulloh. Diberdayakan oleh Blogger.

Kamis, 23 Desember 2010

good lifestyle: halal, unsur penting dalam makanan kita


Ini untuk para bunda dan calon bunda, semoga bermanfaat demi keluarga dunia akhirat yang kita cintai.




Kira2 apa yang bunda ketahui tentang makanan halal?
daging ayam, sapi? Bukan berasal dari babi, kah? Bangkai kecuali ikan, kah?


Seperti yang dijelaskan oleh kitab suci yang tak pernah butuh revisi dari 14 abad lalu, al quran menyebutkan kriteri halal dalam surat al ma'idah ayat 3:


"Diharamkan bagimu memakan bangkai, darah, daging babi, dan daging hewan yang disembelih bukan atas nama Alloh, yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu sembelih. Dan diharamkan pula yang disembelih untuk berhala.."


Subhanalloh, betapa gamblang penjelasanNya melalui al quran, surat cinta Alloh untuk hambaNya yang beriman.
Sekarang, tinggal bagaimana implementasinya saja di hidup kita sehari-hari, Bundaa.


Di zaman modern yang serba teknologi ini, halal-haram jadi hal yang riskan jika diacuhkan begitu saja. Karena apa Bun? Yaap, karena halal haram itu urusan pribadi kita dengan Sang Pencipta. Alloh sengaja membuat batasan dari segitu banyaknya limpahan rahmatNya di alam ini dengan tujuan memilah mana hambaNya yang 'nurut' dan mana yang 'ndableg'
Bunda pasti tahu kaan, salah satu syarat dikabulnya doa adalah menjauhi makanan haram?
That's why, sebagai manager sekaligus chef di rumah tangga, kita wajib memasukkan syarat halal dalam makanan apapun yang kita konsumsi :)


Yap, mari kita mulai dengan makanan riskan haram: daging yang disembelih selain dengan nama Alloh. pernah perhatikan daging-daging sapi yang dijual di pasar-pasar itu Bun? saya sendiri kuatir tentang daging-daging tersebut, bukan bermaksud su'udzon dengan penjualnya, cumaaa saya rada gimanaa gitu. kan kita ga tau bagaimana cara penyembelihan si sapi serta pengolahannya hingga dijajakan di pasar seperti itu. apakah disembelih dengan nama Alloh atau tidak, atau seperti apa penyembelihannya, yang kita tahu cuma daging yaa daging sapi, itu artinya halal. padahal jika ditelusur, adakah jaminannya daging sapi itu bener-bener halal, Bun?
hal kocak yang saya dengar dari obrolan ibu-ibu mengenai hal ini, mereka hanya menjawab: "yaa mau bagaimana lagi, yasudah kalau saya lebih baik beli ke penjual yang sudah haji saja" gubbraagg


kan haji ga menjamin halal tidaknya suatu makanan -___- 




Terkadang suka lucu dengan negara kita yang katanya mayoritas muslim ini, kenapa yaa label halal itu tidak diwajibkan untuk para produsen pangan? Apakah proses auditnya yang terlalu bertele-tele atau....


Proses sertifikasi halal atau pelabelan halal merupakan suatu proses panjang sebelum disahkan bahwa suatu produk itu halal atau tidak. Saya mengalami sendiri betapa ribetnya proses itu. Yaa, karena itu bukan hanya tanggungjawab si auditor terhadap konsumennya tetapi jg terhadap Alloh subhanahuwata'ala. Betapa tidak, jika si auditor lalai sedikit saja dalam memastikan produk yang non halal menjadi halal, waah jadi gawat urusannya..


Label/sertifikat halal diurus oleh BPOM dan MUI, keduanya akan mengaudit proses produksi suatu produk dari hulu ke hilir.misalnya pada kornet, akan diteliti sungguh2 dari mana asal daging yang digunakan, pengawet, bahan campuran lainnya, semuanya ditelusur secara terperinci hingga dipastikan bahwa produk tersebut dibuat dari bahan halal yang kemudian dihasilkan menjadi produk halal juga.
Kalau misalnya, bahan baku tersebut halal kemudian diproses menjadi produk nonhalal, jelas produk tersebut adalah nonhalal.


Saya sendiri terkadang riskan dalam memilah makanan yang akan dikonsumsi. Misalnya ketika membeli cake coklat yang super enak, terbesit dalam hati, apakah cake ini pure dibuat dari bahan halal? Atau kah ditambahkan rhum di dalamnya? Astaghfirulloh, sepertinya memang yang lebih aman kita buat sendiri ya Bun? :)


Cerita lain seperti cemilan enak yang entah halal apa engga: breadtalk dan j.co.
Jujur, dulunya saya adalah salah satu penggemar cemilan ini. Kenapa saya bilang cemilan? Karena saya tidak pernah kenyang kalo makan makanan ini hehe.
Alih-alih saya pindah haluan untuk tak lagi mengkonsumsi breadtalk or j.co.


Penyebabnyaa: seperti dikutip dari dosen saya, dulu ketika awal-awal launchingnya, dua brand makanan olahan tepung ini mencantumkan label halal di produknya. Artinya, memang kedua produk tersebut telah dipastikan halal dan aman. Setelah waktunya label tersebut diperpanjang, mereka tidak mau untuk memperpanjang label halal tersebut, padahal sudah dipanggil oleh MUI loh untuk segera mengurusnya. Tetapi tetap saja tidak pernah ada label halal lagi untuk kedua produk tersebut.


Yaa, kalau saya sendiri lebih baik menghindari. Kuatir ada yang ga beres dari produk tersebut. Kalau memang tidak ada tambahan bahan nonhalal didalamnya, mengapa mereka tidak mau melanjutkan kontrak halal nya? Atau karena merasa sudah menjadi bran raksasa, mereka tidak mempedulikan lagi masalah tersebut?
Sekarang sih kembali ke diri kita saja,Bunda. Toh masih banyak makanan lain dan masih banyak jenis makanan yang bisa kita buat sendiri untuk keluarga. Iya gaa? :D

masih banyak buangeed Bun, makanan-makanan yang ga jelas juntrungannya yang menghampiri kehidupan keluarga kita tercinta. contoh yang paling dekat: misalnya mi tek-tek atau mi goreng yang dijual di gerobak-gerobak gitu. saya pernah memperhatikan bahwa katanya biar enak ditambahkan semacam arak cina atau semacam campuran yang mengandung alkohol gitu. yaa, walau alkohol cepat menguap, apalagi dipanaskan, tetep wae jadinya non halal :(


bukan bermaksud merendahkan dan mengatakan bahwa makanan yang dijual saudara-saudara kita itu haram, cumaa mudah-mudahan ada pelajaran yang bisa kita ambil bahwa kehati-hatian kita dalam menyuapkan makanan ke mulut ini akan berpengaruh sekali untuk diri dan keluarga kita. kalau asal masuk, apa aja boleeh deh, yaa begitu deh hasilnya, ga berkah banged masukin makanan haram ke dalam mulut kita Bun. bukan hanya dari mana bahan makanan itu berasal, tetapi bagaimana cara mendapatkan makanan itu, boleh nipu kah? boleh ngerampok kah? atau hasil mendzolimi orang lain? riba'? na'udzubillaahimindzalik


kalau takut riba', yuk sama-sama pindah dari bank konvensional ke bank syariah insyaAlloh lebih adil dan menentramkan (moto BSM bangeeedd hhehe)
selain menghindari riba' yang katanya bunga hasil investasi itu (yang ga tau didapat dari mana, dari sektor nonriil yang ga jelas), kita juga turut membantu perekonomian islam Bunda. serius deh,  uang yang kita setorkan ke bank syariah itu akan diputar melalui sektor riil yang semacam sirkah gitu. jadii, keuntungan yang kita dapat itu berupa bagi hasil, bukan bungaa. mari bangun islam dari segala sektor Bun, sektor halal, syariah, dll
:)


yukk, bismillaah..
kita kurangi, buang jauh-jauh kartu kredit, hindari sehindar-hindarnya apapun yang berkaitan denga riba', sungguh riba' itu membuat uang kita jadi ga lebih berkah. astaghfirulloh...


semoga bermanfaat ya Bun :)

0 komentar on "good lifestyle: halal, unsur penting dalam makanan kita"

Posting Komentar

Kamis, 23 Desember 2010

good lifestyle: halal, unsur penting dalam makanan kita

Ini untuk para bunda dan calon bunda, semoga bermanfaat demi keluarga dunia akhirat yang kita cintai.




Kira2 apa yang bunda ketahui tentang makanan halal?
daging ayam, sapi? Bukan berasal dari babi, kah? Bangkai kecuali ikan, kah?


Seperti yang dijelaskan oleh kitab suci yang tak pernah butuh revisi dari 14 abad lalu, al quran menyebutkan kriteri halal dalam surat al ma'idah ayat 3:


"Diharamkan bagimu memakan bangkai, darah, daging babi, dan daging hewan yang disembelih bukan atas nama Alloh, yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu sembelih. Dan diharamkan pula yang disembelih untuk berhala.."


Subhanalloh, betapa gamblang penjelasanNya melalui al quran, surat cinta Alloh untuk hambaNya yang beriman.
Sekarang, tinggal bagaimana implementasinya saja di hidup kita sehari-hari, Bundaa.


Di zaman modern yang serba teknologi ini, halal-haram jadi hal yang riskan jika diacuhkan begitu saja. Karena apa Bun? Yaap, karena halal haram itu urusan pribadi kita dengan Sang Pencipta. Alloh sengaja membuat batasan dari segitu banyaknya limpahan rahmatNya di alam ini dengan tujuan memilah mana hambaNya yang 'nurut' dan mana yang 'ndableg'
Bunda pasti tahu kaan, salah satu syarat dikabulnya doa adalah menjauhi makanan haram?
That's why, sebagai manager sekaligus chef di rumah tangga, kita wajib memasukkan syarat halal dalam makanan apapun yang kita konsumsi :)


Yap, mari kita mulai dengan makanan riskan haram: daging yang disembelih selain dengan nama Alloh. pernah perhatikan daging-daging sapi yang dijual di pasar-pasar itu Bun? saya sendiri kuatir tentang daging-daging tersebut, bukan bermaksud su'udzon dengan penjualnya, cumaaa saya rada gimanaa gitu. kan kita ga tau bagaimana cara penyembelihan si sapi serta pengolahannya hingga dijajakan di pasar seperti itu. apakah disembelih dengan nama Alloh atau tidak, atau seperti apa penyembelihannya, yang kita tahu cuma daging yaa daging sapi, itu artinya halal. padahal jika ditelusur, adakah jaminannya daging sapi itu bener-bener halal, Bun?
hal kocak yang saya dengar dari obrolan ibu-ibu mengenai hal ini, mereka hanya menjawab: "yaa mau bagaimana lagi, yasudah kalau saya lebih baik beli ke penjual yang sudah haji saja" gubbraagg


kan haji ga menjamin halal tidaknya suatu makanan -___- 




Terkadang suka lucu dengan negara kita yang katanya mayoritas muslim ini, kenapa yaa label halal itu tidak diwajibkan untuk para produsen pangan? Apakah proses auditnya yang terlalu bertele-tele atau....


Proses sertifikasi halal atau pelabelan halal merupakan suatu proses panjang sebelum disahkan bahwa suatu produk itu halal atau tidak. Saya mengalami sendiri betapa ribetnya proses itu. Yaa, karena itu bukan hanya tanggungjawab si auditor terhadap konsumennya tetapi jg terhadap Alloh subhanahuwata'ala. Betapa tidak, jika si auditor lalai sedikit saja dalam memastikan produk yang non halal menjadi halal, waah jadi gawat urusannya..


Label/sertifikat halal diurus oleh BPOM dan MUI, keduanya akan mengaudit proses produksi suatu produk dari hulu ke hilir.misalnya pada kornet, akan diteliti sungguh2 dari mana asal daging yang digunakan, pengawet, bahan campuran lainnya, semuanya ditelusur secara terperinci hingga dipastikan bahwa produk tersebut dibuat dari bahan halal yang kemudian dihasilkan menjadi produk halal juga.
Kalau misalnya, bahan baku tersebut halal kemudian diproses menjadi produk nonhalal, jelas produk tersebut adalah nonhalal.


Saya sendiri terkadang riskan dalam memilah makanan yang akan dikonsumsi. Misalnya ketika membeli cake coklat yang super enak, terbesit dalam hati, apakah cake ini pure dibuat dari bahan halal? Atau kah ditambahkan rhum di dalamnya? Astaghfirulloh, sepertinya memang yang lebih aman kita buat sendiri ya Bun? :)


Cerita lain seperti cemilan enak yang entah halal apa engga: breadtalk dan j.co.
Jujur, dulunya saya adalah salah satu penggemar cemilan ini. Kenapa saya bilang cemilan? Karena saya tidak pernah kenyang kalo makan makanan ini hehe.
Alih-alih saya pindah haluan untuk tak lagi mengkonsumsi breadtalk or j.co.


Penyebabnyaa: seperti dikutip dari dosen saya, dulu ketika awal-awal launchingnya, dua brand makanan olahan tepung ini mencantumkan label halal di produknya. Artinya, memang kedua produk tersebut telah dipastikan halal dan aman. Setelah waktunya label tersebut diperpanjang, mereka tidak mau untuk memperpanjang label halal tersebut, padahal sudah dipanggil oleh MUI loh untuk segera mengurusnya. Tetapi tetap saja tidak pernah ada label halal lagi untuk kedua produk tersebut.


Yaa, kalau saya sendiri lebih baik menghindari. Kuatir ada yang ga beres dari produk tersebut. Kalau memang tidak ada tambahan bahan nonhalal didalamnya, mengapa mereka tidak mau melanjutkan kontrak halal nya? Atau karena merasa sudah menjadi bran raksasa, mereka tidak mempedulikan lagi masalah tersebut?
Sekarang sih kembali ke diri kita saja,Bunda. Toh masih banyak makanan lain dan masih banyak jenis makanan yang bisa kita buat sendiri untuk keluarga. Iya gaa? :D

masih banyak buangeed Bun, makanan-makanan yang ga jelas juntrungannya yang menghampiri kehidupan keluarga kita tercinta. contoh yang paling dekat: misalnya mi tek-tek atau mi goreng yang dijual di gerobak-gerobak gitu. saya pernah memperhatikan bahwa katanya biar enak ditambahkan semacam arak cina atau semacam campuran yang mengandung alkohol gitu. yaa, walau alkohol cepat menguap, apalagi dipanaskan, tetep wae jadinya non halal :(


bukan bermaksud merendahkan dan mengatakan bahwa makanan yang dijual saudara-saudara kita itu haram, cumaa mudah-mudahan ada pelajaran yang bisa kita ambil bahwa kehati-hatian kita dalam menyuapkan makanan ke mulut ini akan berpengaruh sekali untuk diri dan keluarga kita. kalau asal masuk, apa aja boleeh deh, yaa begitu deh hasilnya, ga berkah banged masukin makanan haram ke dalam mulut kita Bun. bukan hanya dari mana bahan makanan itu berasal, tetapi bagaimana cara mendapatkan makanan itu, boleh nipu kah? boleh ngerampok kah? atau hasil mendzolimi orang lain? riba'? na'udzubillaahimindzalik


kalau takut riba', yuk sama-sama pindah dari bank konvensional ke bank syariah insyaAlloh lebih adil dan menentramkan (moto BSM bangeeedd hhehe)
selain menghindari riba' yang katanya bunga hasil investasi itu (yang ga tau didapat dari mana, dari sektor nonriil yang ga jelas), kita juga turut membantu perekonomian islam Bunda. serius deh,  uang yang kita setorkan ke bank syariah itu akan diputar melalui sektor riil yang semacam sirkah gitu. jadii, keuntungan yang kita dapat itu berupa bagi hasil, bukan bungaa. mari bangun islam dari segala sektor Bun, sektor halal, syariah, dll
:)


yukk, bismillaah..
kita kurangi, buang jauh-jauh kartu kredit, hindari sehindar-hindarnya apapun yang berkaitan denga riba', sungguh riba' itu membuat uang kita jadi ga lebih berkah. astaghfirulloh...


semoga bermanfaat ya Bun :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Rumah Dzikrulloh Copyright 2008 All Rights Reserved Baby Blog Designed by Ipiet | All Image Presented by Tadpole's Notez